Friday, July 2, 2010

Hari 19: Babi guling

Jam 7 pagi melelapkan mata dan jam 11.30 pagi sudah bangun, kalau tidak ketinggalan pesawat, maka kasihanlah cewek di Jakarta.

Merempit kali terakhir di Bali menuju lapangan terbang Ngurah Rai melewati jalan by pass yang panjang berkilo-kilo sambil menikmati pemandangan babi guling yang boleh dijadikan produk pelancongan untuk Muslim Malaysia yang jauh2 datang kemudian merasa jijik. Kasihan dan gagal pastinya untuk menjadi da'ie.

Jalan di Bali tidaklah terlau sukar dihafal jika dibanding Bandung, tetapi tidak terlalu mudah seperti Jogjakarta. Tapi dengar khabarnya di facebook Vovin yang bersendirian selepas itu sesat di dalam kota Denpasar, entah benar atau sengaja mengaburi mata kerana sudah terjumpa cewek-cewek asli Bali yang tidak kurang kalahnya dengan cewek Bandung - nak-nak kalau mereka sedang beribadat di kuil-kuil mereka dengan pakaian adatnya. Tip untuk kaum laki-laki lurus orientasi seks, sila bertandang ke kota Denpasar jika ingin berbicara dengan cewek2 tempatan dan bukan di Kuta dan Sanur yang banyaknya cewek2 'teroris budaya' atau 'anti-babi guling'. Namun peringatan harus hati2 dan jangan tersalah pilih yang sudah berteman laki2 tempatan, jika tidak niscaya akan dibelasah dan dijadikan tajuk berita di koran Bali Times.

Pesawat Air Asia QZ7513 tujuan Jakarta yang sepatutnya berlepas jam 2 petang telah lewat dan dijadualkan berangkat jam 3.30 petang dan kali ini aku sambut dengan gembira kerana boleh makan KFC pro-Islam dahulu. Selesai berjihad di KFC, aku dan Vovin berpisah benaran dan akan bertemu semula Insya Allah nanti di Bali sekali lagi bulan Ramadhan atau mungkin di Beijing atau Seoul - bergantung pada jadual dia nanti.

Penumpang Air Asia yang kelewatan dijamukan dengan Roti Boy dan air mineral seraya menimbulkan rasa jeles penumpang pesawat lain yang turut kelewatan, cayalah Air Asia pendahulu pejuang demokrasi aviasi, korang bikin aku bangga sebagai rakyat Bik Mama!

Sejam 40 minit kemudian aku tiba dengan selamat di Jakarta dan kemudiannya menaiki bas Damri ke stesen kereta api Gambir sebelum disambungkan dengan ojek ke Jalan Jaksa. Kali ini Luna Maya tidak di sisi seperti tempoh hari kerana dia sudah pandai berbohong - aku tak suka dia, aku lagi suka Gillian Chung.

Rancangan asal mahu ke Bandung terus terbantut kerana sering terpesona dengan kota Jakarta dan isi-isinya. Mujur ada lagi bilik di Hostel Djody yang semurah 75,000 rupiah per malam dengan seala kadarnya, kalau tidak tidur di warnet sajalah.

Letak barang dan terus cau ke warnet sebelum ke KL Village menonton aksi suku akhir bersama Black yang datang kemudian menemukan Belanda/Indonesia bertemu Brazil yang berkesudahan Indonesia menang 2 gol berbalas 1. Tahniah kalian yang secara psikologi memalukan Malaysia dengan England/Inggerisnya yang lembik dan tidak gagah itu. Ramai sekali anak2 Malaysia di KL Village yang multi kultural dan tidak kejawaan totok seperti di Jogja.

Pedoman kata hari 19:

'Mereka hanya bergaul dengan kelompoknya sendiri. Padahal kalau pergaulan hanya dengan kelompoknya sendiri, itu itu saja mengerdilkan kemanusiaan. Umat Islam perlu lebih terbuka terhadap perbedaan-perbedaan yang terdapat di kelompok-kelompok lain. Keterbukaan akan terbentuk dari pergaulan dengan berbagai kelompok lain. Oleh sebab itu, generasi muda Islam perlu didorong menjalin pergaulan seluas-luasnya. Anak-anak muda, jangan hanya bergelut di organisasinya sendiri, tapi harus bergaul dengan berbagai kelompok lain. Dengan pergaulan yang luas, umat Islam diharap dapat lebih menghargai dan menghormati kebenaran yang diyakini oleh kelompok lain serta memberi kesempatan pada kelompok lain untuk meyakini kebenaran yang dipercayainya" - mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Syafi'i Ma'arif

No comments:

Post a Comment