Tuesday, June 15, 2010

Hari 2: Politik adalah tipu menipu



Hari kedua boleh diandaikan seperti sesi 12 jam marathon ngobrol tanpa henti. Cuaca mendung dan angin sepoi-sepoi bahasa Indonesia dek kerana hujan yang marah2 membuatkan lenaku terpanjang dari biasa walau tidak hadir mimpi2 yang indah seperti yang dipinta.

Runut bunyi malam pertama dengan mp3 Sony baru adalah lagu-lagu nasyid Brothers dan Nadamurni, bukan kerana keteguhan iman dan amal soleh yang banyak tetapi kerna ada romantismenya di situ.

Ngobrol pertama berlaku dari jam 12 tengah hari sampai sekitar 3 petang berlokasi di Sabang ditemani masakan sunda bermenukan ikan gurameh, telur dadar dan sayur kailan. Tamu kehormat adalah aktivis politik dan pemikir muda, Black dan Aqil kedua-duanya dari KL yang sedang berfellowship Asian Public Intellectuals di Jakarta.

Black atau nama Islamnya, Amin Iskandar membuat kajian tentang pengawasan pemilu semasa rejim otoriter Marcos di Filipina dan Soeharto di Indonesia. Blog Black boleh dilayari di http://www.aminiskandar.com

Aqil pula adalah editor Ummahonline.com yang memfokuskan pada kajian pengaruh Iran di Indonesia. Lanjut kena tanya dia sendiri.

Sembang kencang 4 orang jejaka belum berkahwin dan bebas komitmen ini pastinya tidak dapat lari politik Malaysia dan perbandingan dengan politik Indonesia, dan wajib ada nada keluh kesah dengan apa yang terjadi di Malaysia baik di pihak baik, Barisan Nasional mahupun pihak jahat, Pakatan Rakyat. Perincian lain hanya akan dapat diceritakan di memoir bila rasa dah nak mati nanti, kalau cerita sekarang dah tak suspen dan menjadi rahsia lagi dan buku tak laku nanti, kasihan Oxygen Media.

Selesai kerja memeningkan kepala, aku dan Vovin singgah di warnet, singkatan kepada warung internet atau cybercafe kalau di Malaysia, negara yang rakyatnya berbangga kembang hidung tatkala bisa kecek English. Satu-satunya di dunia, Malaysia Boleh!

Tak lama kemudian, teman pemotoran dan kemudian teman bidang2 lain, Tyaz cewek dari Malang menjadi tamu kehormat kami pula dan kali ini berlokasi di Tony Jacks di Sarinah, hanya berjalan kaki sahaja dari lokasi pertama dan ini tidak bisa terjadi di Malaysia yang ramai menggilai Tuhan bernama kereta pembunuh massa. Slot hampir 2 jam terisi penuh dengan gosip2, canda tawa dan pastinya Luna Mayaku.

Tamu ketiga adalah manajer band Efek Rumah Kaca dan pemilik label musik independen Jangan Marah Records serpihan dari Aksara yang tutup kedai, Yuri yang membilang dirinya sosialis dan lokasinya tepat di KL Village. Bertemankan segelas teh tarik yang tak kalah rasanya kalau diletak di sebelah Restoran Jamal Seksyen 14 PJ, cerita2 politik meghiasi babak keseluruhan pertemuan 6 mata ini dan disudahi dengan kisah Luna Mayaku. Topik wajib dan in-thing sekarang.

Terakhir aku dan Vovin bertemu Black semula di satu lokasi rahsia dan bertolak menuju Doekon Cafe di Pancoran, tempat nongkrong (lepak) oposisinya Indonesia milik Haris Rusli Moti, Ketua Forum Kepemimpinan Pemuda Indonesia yang juga mantan Ketua Umum Partai Rakyat Demokratik.

Memang meriah lepak dengan Haris yang hebat skil pidato dan analisa politik lokal dan serantau diselang seli dengan kelucuannya tingkahnya. Rupa-rupanya dialah moderator dalam diskusi peluncuran buku Membongkar Gurita Cikeas 30 Desember 2009 yang sedikit kecoh dan buku itu sempat memicu kemarahan Presiden SBY yang suka berdandan.

Idea asal untuk lepak dengan Fendry, aktivis media di Jaringan Videomaker Independen di suatu lokasi maksiat terpaksa dipindahkan ke sini kerana di cafe ini ditayangkan perlawanan bola sepak Piala Dunia di antara Ivory Coast dan Portugal di layar besar, menariknya semua yang menonton adalah aktivis2, haha.

Petang pening dan malam pun pening dengan macam2 masalah yang dihadapi bangsa ini, bangsa Asia yang sama sahaja coraknya. Maka untuk menghilangkan rasa yang tidak seronok itu, perbincangan ditamatkan dan fokus terarah ke perlawanan di antara komunis Korea Utara dan sosialis Brazil yang berkesudahan sosialis menang 2-1, kompromi atas nama solidariti kiri yang bijak untuk mengelabui kapitalis2 Astro dan kaki judi.

Pedoman kata hari 2:

"Raja identik dengan sampah" - Haris Rusli Moti
"Politik adalah tipu menipu" - Haris gak yang cakap ni

No comments:

Post a Comment